Unggul dalam Wisata, Tertinggal dalam Pengelolaan Sampah dan Pangan
Kenegerian Sihotang (Bius Sihotang) yang terdiri atas empat desa di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara adalah rumah bagi 917 keluarga dan merupakan destinasi wisata unggulan untuk wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir pada tahun 2019 sebesar 418.271, dan meningkat dua kali lipat pada tahun 2022 mencapai angka 860.892 per tahun. Peningkatan jumlah wisatawan ini terjadi sebesar 106% dan diperkirakan akan terus meningkat.
Namun, Kenegerian Sihotang masih mengalami tantangan pada pengelolaan sampah dan pangan. Masalah sampah adalah akibat dari jarak area yang jauh dari pusat kota serta medan jalan yang belum memadai untuk dilewati penjemputan sampah. Sedangkan, kurangnya edukasi akan pengelolaan dan pemasaran komoditas menyebabkan terjadinya susut pangan.
180kg
sampah per hari saat high seasonyang dibakar secara terbuka dari empat desa dan objek wisata sekitar.
50-70 kg
pisang singali-ngali siap panen yang terbuang sia-sia per minggu
Solusi yang Diimplementasikan
Proyek Samosir Mallatam bertujuan untuk mengolah sampah dan pangan lokal guna memberikan manfaat ekonomi sehingga bisa menekan potensi kerusakan lingkungan akibat pembakaran sampah dan susut pangan, memberikan pengalaman pariwisata yang lebih bersih, asri, dan ramah lingkungan bagi para wisatawan, dan membantu meningkatkan penghidupan masyarakat melalui pelibatan ke dalam rantai nilai pariwisata.
Proyek percontohan ini akan dimulai dengan implementasi solusi inovatif di Desa Hariarapohan, sebuah desa yang telah memperoleh juara kedua pada kompetisi Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf RI pada kategori homestay dan toilet. Proyek percontohan ini diharapkan dapat diadopsi dengan mudah oleh destinasi wisata lain, sehingga dapat menciptakan lebih banyak destinasi wisata yang maju beriringan dengan masyarakat.
Pembangunan TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle)
Akan melakukan pengangkutan, pemilahan, dan pengelolaan sampah anorganik dan residu menjadi produk bermanfaat seperti bahan bakar, gelas souvenir, dan dekor ecobrick, serta menunjang layanan angkut ke tempat yang selama ini belum mendapatkan layanan angkut.
Pembangunan Sopo Pangan
Seperti arti ‘Sopo’ yaitu rumah, bangunan ini akan digunakan sebagai tempat untuk mengolah pangan yang berpotensi terbuang, seperti pisang singali-ngali, menjadi produk bernilai ekonomi. Proyek ini juga akan menjajaki pengelolaan potensi pangan berlebih dari komoditas lokal lainnya yang dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat pemilik lahan.
Pendampingan dan Pelatihan
Pendampingan dan pelatihan diberikan kepada kelompok pengelola desa wisata secara terpusat di Sopo Pangan, termasuk pelatihan manajemen hasil pangan, pengolahan makanan, pelatihan pemasaran, pemasaran digital, keuangan, pelatihan TPS3R, penyortiran hasil panen, serta sebagai balai pertemuan masyarakat.
Changemakers yang Menjalankan
Roda Hijau adalah startup yang terlibat dalam manajemen sampah dengan fokus untuk membangun sistem pengelolaan sampah.
Aksata Pangan adalah lembaga nirlaba yang berdedikasi untuk mengatasi masalah susut pangan, limbah makanan, dan ketahanan pangan di Medan melalui redistribusi makanan berlebih (SFR) kepada kelompok terdampak kerawanan pangan.
Target Dampak dari Proyek Samosir Mallatam
Dampak Sosial
1. Tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan sampah untuk 740 rumah tangga pengelola lokasi wisata.
2. Pengetahuan Kelompok Pengelola Desa Wisata dalam pengelolaan sampah anorganik, makanan, dan susut pangan sebesar 75% setelah intervensi proyek.
2. Pengetahuan Kelompok Pengelola Desa Wisata dalam pengelolaan sampah anorganik, makanan, dan susut pangan sebesar 75% setelah intervensi proyek.
Dampak Lingkungan
1. Pengurangan potensi susut pangan pisang singali-ngali saat musim panen dengan total sebesar 2 ton.
2. Jumlah sampah anorganik yang diangkut sebesar 80%.
3. 100% sampah terkelola dari sampah yang diangkut.
2. Jumlah sampah anorganik yang diangkut sebesar 80%.
3. 100% sampah terkelola dari sampah yang diangkut.
Dampak Ekonomi
1. Peningkatan pendapatan kelompok pengelola desa wisata yang terlibat di pengolahan bahan pangan dan pengolahan sampah sebesar 25%.
2. Pengelolaan sampah anorganik high value, plastik low valueyang diolah menjadi bahan BBM, dan sampah kaca.
2. Pengelolaan sampah anorganik high value, plastik low valueyang diolah menjadi bahan BBM, dan sampah kaca.
Gabung Bersama Kami
Apakah organisasi Anda tertarik untuk mendapat pendampingan dan pendanaan dalam implementasi solusi inovatif Anda?
Daftarkan Dirimu
Apakah Anda memiliki ide untuk memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, lingkungan di Indonesia?
Sumbang Idemu di Mei 2024
Apakah Anda adalah individu/ komunitas yang tertarik untuk terlibat dalam implementasi solusi?
Jadi Relawan